Kondisi Penduduk dan Adaptasi Penduduk Terhadap Kondisi Geografis

A. Kondisi Penduduk


Penduduk memiliki peranan yang penting dalam pembangunan. Tingkat kemajuan suatu daerah sangat tergantung dari kualitas penduduknya. Penduduk merupakan potensi, tetapi sekaligus beban bagi suatu daerah. Kondisi penduduk meliputi jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan kondisi sosial ekonomi.

1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk mengalami perubahan setiap harinya. Hal itu dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan migrasi. Jumlah penduduk yang besar harus diimbangi dengan penyediaan berbagai kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, fasilitas pendidikan, lapangan kerja.

2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk dan luas wilayah. Di Indonesia, terdapat perbedaan yang cukup besar antara kepadatan penduduk di daerah pedesaan dan perkotaan. Kepadatan penduduk daerah pedesaan lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan. Kepadatan penduduk yang tinggi di perkotaan disebabkan banyaknya para pendatang dari daerah lain terutama dari pedesaan. Mereka berusaha mendapatkan penghidupan yang layak di daerah perkotaan.

3. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi penduduk dapat diamati dari tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan kondisi ekonomi penduduk. Kondisi ekonomi penduduk memengaruhi tingkat kesejahteraannya. Penduduk dengan tingkat ekonomi tinggi mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Mereka mampu mendapatkan fasilitas kesehatan dan pendidikan dengan baik.

Bentang alam membentuk suatu kondisi biofisik yang memengaruhi pola hidup penduduknya. Pengaruh bentang alam tersebut antara lain sebagai berikut.

  • Kehidupan di Pegunungan Kapur
    Penduduk umumnya terdiri dari mereka yang seketurunan. Pemusatan pemukiman biasanya didorong oleh kegotong royongan penduduknya yang masih kuat sehingga akan membentuk pola pemukiman yang memusat (Aglomerated rural settlement), yaitu suatu pemukiman yang terdiri atas rumah-rumah penduduk yang mengelompok dan merupakan suatu ikatan administrasi. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani lahan kering yaitu model pertanian dengan cara mengandalkan air hujan pada lahan yang akan ditanami. Jenis tanaman yang diusahakan adalah jagung, ketela, kacang, dan umbi-umbian.
  • Kehidupan di Dataran Rendah
    Pada umumnya dataran rendah di Indonesia merupakan daratan hasil endapan oleh air atau sering disebut dataran aluvial. Biasanya dataran aluvial mempunyai tanah yang subur dan sangat baik untuk daerah pertanian, pemukiman, atau juga untuk industri. Bentang alam ini pada umumnya mempunyai udara yang panas. Akibatnya, bentuk rumah di daerah ini memiliki ventilasi yang lebar dan banyak sehingga memudahkan sirkulasi udara. Jenis pakaian juga dipilih dari kain yang relatif tipis dan menghindari dari pakaian yang berbahan tebal.
  • Kehidupan di Pegunungan dan Igir (Ridge)
    Pegunungan dipisahkan oleh lembah, dan disepanjang lembah inilah awal berkembangnya pemukiman yang kemudian membentuk pola memanjang di jalur lembah. Terjadinya pola pemukiman memanjang dipengaruhi oleh faktor kesuburan tanah dan ketersediaan air. Perwujudan penggunaan lahan juga beragam, tidak hanya berupa pertanian lahan kering. Pertanian dengan irigasi banyak terdapat di pinggiran sungai di wilayah lembah atau di lereng punggung gunung. Sistem pertanian terasering banyak diterapkan di wilayah pegunungan.
  • Kehidupan di Pesisir
    Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara daratan dan laut. Garis pantai yang memanjang dapat terpola suatu pemukiman dengan pola memanjang. Pada umumnya pertumbuhan pemukiman akan berkembang sejajar dengan garis pantai. Mata pencaharian penduduk yang khas di kawasan pesisir adalah nelayan. Namun, masih banyak yang lainnya seperti petambak, pembudidayaan rumput laut dan karang mutiara, serta pelaut. Kemudahan hubungan dan akses yang terbuka dengan luar daerah menjadikan wilayah pesisir cepat berkembang.

B. Adaptasi Penduduk

1. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis diartikan sebagai sifat fisik manusia yang mampu menyesuaikan dengan keadaan alam sekitarnya. Penduduk pegunungan biasanya mempunyai paru-paru yang lebih besar dibandingkan paru paru penduduk pantai atau perkotaan. Hal ini dikarenakan didaerah pegunungan kada oksigen di udara rendah. Akibatnya, paru-paru membesar untuk mendapatkan oksigen yang cukup.

2. Adaptasi Morfologis
Adaptasi morfologis diartikan sebagai penyesuaian bentuk tubuh terhadap kondisi geografisnya. Orang-orang Eskimo yang hidup di sekitar Kutub Utara mempunyai bentuk tubuh pendek dan kekar. Dengan bentuk seperti itu, pelepasan panas badan lebih kecil.

3. Adaptasi Budaya
Adaptasi budaya diartikan sebagai kebiasaan-kebiasaan penduduk dalam menyikapi keadaan alamnya sehingga terbentuk berbagai kebudayaan. Misalnya, bentuk rumah orang Eskimo yang kecil, pendek, tanpa jendela, dan beratap bulat berguna untuk menanggulangi udara dingin dan beratnya salju yang menempel di bagian luar.

4. Adaptasi Bahan Makanan
Adaptasi bahan makanan diartikan bahwa makanan di berbagai daerah yang berbeda-beda sesuai dengan bahan yang tersedia di alam sekitar. Penduduk daerah pegunungan lebih banyak makan tumbuh-tumbuhan, penduduk pantai makan ikan, dan penduduk daerah padang rumput makan daging.

5. Adaptasi Psikologi
Bisa diartikan sebagai psikis atau sifat kejiwaan seseorang terhadap kondisi geografis lingkungannya. Daerah yang datar, tanahnya subur, iklimnya baik, penduduknya berwatak halus, lemah lembut, santai, tidak terbiasa bekerja keras, dan lebih mengutamakan harga diri. Sebaliknya, daerah yang berbukit-bukit kurang subur, kurang air, dan gersang maka penduduknya berwatak keras, kurang sopan santun, terbiasa bekerja keras, dan lebih mengutamakan terpenuhinya kebutuhan pokok.

Sumber: LKS